Jurnal Kesehatan Masyarakat

     PENGETAHUAN, SIKAP DAN AKTIVITAS REMAJA SMA 
DALAM KESEHATAN REPRODUKSI DI KECAMATAN BULELENG


Karya: I Made Kusuma Wijaya, Ni Nyoman Mestri Agustini, Gede Doddy Tisna MS2




         Siswa yang dijadikan sampel penelitian ini adalah siswa dari sekolah menengah atas yang ada dalam wilayah Puskesmas Buleleng I, yaitu: SMA Bhaktiyasa, SMA Kerta Wisata, SMA Muhamadyah, SMA Santo Paulus, SMA Saraswati, SMA Dwijendra, SMA LAB Undik-sha, SMAN 1 Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMKN 1 Singaraja, SMK TP 45 Singaraja dan SMA Widya Paramita yang keseluruhannya berjumlah 346 siswa.Responden dalam penelitian ini dibedakan menurut jenis kelamin dan umur. Jumlah sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 51.3% (170 responden) dan sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 48.7% (170 responden). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari sampel yang berjenis kelamin laki.


     Jika dilihat dari jenis kelamin maka remaja yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat pengetahuan baik yang lebih tinggi daripada remaja yang berjenis kelamin 
laki-laki, dimana hasil yang diperoleh adalah dari 349 responden didapatkan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik pada remaja yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 92 (51,4%) reponden dan sisanya sebanyak 72 (40,2%) responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup, 15 (8,4%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, sedangkan pada remaja siswa sekolah menengah atas yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah sebanyak 56 (32,9%) responden dan sisanya sebanyak 92 (54,1%) responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, 22 (12,9%) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang.


     Jika dilihat dari umur yaitu remaja dari umur 14 tahun sampai 19 tahun maka dapat dilihat pada umur 18 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling besar yaitu sebanyak 6 (66,7%) responden sedangkan sisanya 9 (47,4%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 4 (21,1%) responden tingkat pengetahuannya kurang dan selanjutnya pada umur 15 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 51 (45,9%) responden sedangkan sisanya 56 (50,5%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 4 (3,6%) tingkat pengetahuannya kurang, selanjutnya umur 16 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 54 (45,4%) responden sedangkan sisanya 55 (46,2%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 10 (8,4%) responden tingkat pengetahuannya kurang, selanjutnya umur 17 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 36 (40,9%) responden sedangkan sIsanya sebanyak 36 (40,9%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 16 (18,2%) responden tingkat pengetahuannya kurang, selanjutnya umur 14 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 1 (12,5%) responden sedangkan sisanya sebanyak 7 (87,5%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 0 (0%) responden tingkat pengetahuannya kurang, selanjutnya umur 19 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling kecil yaitu sebanyak 0 (0%) responden, sedangkan sisanya sebanyak 1 (25%) responden tingkat pengetahuannya cukup, 3 (75%) responden tingkat pengetahuannya kurang.

Setelah dilakukan tabulasi data mengenai sikap responden terhadap kesehatan re-
produksi didapatkan hasil sebagai berikut: sebagian besar yaitu sebanyak 302 orang (86,5%) memiliki sikap yang baik, kemudian diikuti 43 orang (12,4%) memiliki sikap yang cukup dan sisanya yaitu sebanyak 3 responden (0,9%) memiliki sikap yang kurang. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat perbedaan tingkat sikap antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebanyak 78,1 % laki-laki memiliki sikap yang baik, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 21,9% memiliki sikap cukup dan kurang. Pada responden dengan jenis kelamin perempuan, persentase responden dengan sikap baik lebih besar, yaitu sebanyak 95% memiliki sikap baik sedangkan sisanya yaitu 5% memiliki sikap yang cukup dan kurang. Bila dilihat dari umur, maka ditemukan bahwa persentase sikap dengan kategori baik terbesar dimiliki oleh kelompok umur 14 tahun yaitu 100%, diikuti oleh kelompok umur 16 tahun, 15 tahun, 17 tahun, 18 tahun dan yang terkecil adalah kelompok umur 19 tahun. Begitu pula sebaliknya kelompok umur 19 tahun memiliki persentase sikap dengan kategori cukup dan kurang paling besar, yaitu 75%.

   Setelah dilakukan tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap kesehatan reproduksi terlihat bahwa responden dengan pengetahuan baik diikuti dengan sikap responden yang baik yaitu 94,6 % (140 responden dari 148 responden dengan pengetahuan baik). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang memiliki sikap baik adalah sebanyak 86%, dan persentase tersebut semakin menurun, dimana hanya 58,3% responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang memiliki sikap dengan kategori baik. 
Aktivitas responden dalam kesehatan reproduksi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu 
positif dan negatif. Setelah dilakukan tabulasi data mengenai aktivitas responden dalam kesehatan reproduksi didapatkan sebagian besar yaitu sebanyak 132 orang (38,2%) memiliki aktivitas yang mengarah ke negatif, dan sisanya yaitu sebanyak 214 responden (61,8%) memiliki aktivitas yang mengarah ke positif. 

    Berdasarkan jenis kelamin didapatkan persentase aktivitas yang negatif pada laki-laki hampir berimbang dibandingkan dengan aktivitas positifnya, yaitu sebanyak 45,5% laki laki memiliki aktivitas yang negatif, dan sebanyak 54,5% memiliki aktivitas yang positif. Hal tersebut sedikit berbeda pada responden dengan jenis kelamin perempuan, persentase responden dengan aktivitas positif lebih besar, yaitu sebanyak 68,7% memiliki aktivitas yang mengarah positif dan sisanya yaitu 31,3% memiliki aktivitas yang mengarah ke negatif.
Berdasarkan umur, ditemukan bahwa persentase aktivitas negatif ditemukan paling 
besar pada responden dengan umur 18 tahun yaitu sebesar 52,6%, diikuti oleh responden 
dengan umur 19 tahun, 16 tahun, 14 tahun, 15 tahun dan terkecil adalah responden dengan 
umur 17 tahun sebesar 33,3%.

      Setelah dilakukan tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dan aktivitas responden 
dalam kesehatan reproduksi terlihat bahwa responden dengan pengetahuan baik diikuti 
dengan aktivitas responden yang positif, yaitu 70% (103 responden dari 147 responden dengan pengetahuan baik). Persentase tersebut semakin menurun dengan menurunnya pengetahuan responden. Responden dengan tingkat pengetahuan cukup hanya 61,3% yang memiliki aktivitas positif, dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang hanya sebanyak 30,6% yang memiliki aktivitas positif. Setelah dilakukan tabulasi silang antara sikap responden dan aktivitas responden dalam kesehatan reproduksi terlihat bahwa 
responden dengan sikap baik diikuti dengan aktivitas responden yang positif, yaitu 63,6% 
(192 responden dari 302 responden dengan sikap baik). Persentase tersebut semakin menurun dengan menurunnya sikap responden. Responden dengan sikap kategori cukup, hanya 48,8% yang memiliki aktivitas positif, dan responden dengan sikap kategori kurang hanya sebanyak 33,3% yang memiliki aktivitas positif. Berdasarkan analsis hubungan antar variabel menggunakan analisis korelasi bivariate pearson didapatkan data. Berdasarkan hasil analisa korelasi variable pengetahuan, sikap dan aktivitas diatas didapatkan bahwa terdapat korelasi antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan aktivitas dan sikap dengan aktivitas secara signifikan. Adapun korelasi antara pengetahuan dengan sikap adalah sebesar 0,382. Korelasi antara pengetahuan dengan aktivitas sebesar 0,284. Korelasi antara sikap dengan aktivitas sebesar 0,269. Adanya korelasi yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan aktivitas menunjukkan adanya hubungan antara ketiga variable tersebut meskipun korelasi yang dimiliki dapat dikategorikan lemah (<0,5). Dari pemaparan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja siswa sekolah menengah atas se-kecamatan buleleng cenderung cukup dan kurang yaitu sebesar 201 (57,6%) responden, hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pengetahuan yang 
baik tentang kesehatan reproduksi yaitu 148 (42,4%) responden. Hal ini dapat disebabkan 
karena kurangnya pendidikan ataupun cermah-ceramah tentang kesehatan reproduksi 
yang diperoleh siswa tersebut. Atau dapat pula disebabkan oleh karena metode ceramah yang dilakukan kurang efektif karena siswa yang masih remaja ini kadang-kadang merasa malu untuk mengetahui hal-hal yang sebagian orang mungkin menganggap sebagai hal yang tabu sehingga biasanya mereka senang bertanya pada teman sebayanya yang belum tentu memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi ini.


    Dilihat dari jenis kelamin diketahui bahwa remaja siswa sekolah menengah atas yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat pengetahuan baik yang lebih banyak yaitu sebanyak 92 (51,4%) reponden daripada remaja siswa sekolah menengah atas yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56 (32,9%) responden. Hal ini dapat disebabkan oleh karena siswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar karena 
mereka lebih merasakan perubahan-perubahan fisiologis pada diri mereka seperti misalnya 
menstruasi untuk pertama kalinya sehingga mereka akan berusaha untuk mencari informasi baik dari buku-buku ataupun melalui seminar atau ceramah tentang kesehatan reproduksi 
dan juga dengan teman sebayanya.Berdasarkan teori mengenai sikap diketahui bahwa sikap seseorang dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan ko-
natif. Dalam peneliian ini teori tersebut tidak berlaku. Sikap responden yang tidak sesuai 
dengan pengetahuan yang dimilikinya ini dapat disebabkan oleh faktor lain. Sikap yang 
ditimbulkan tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tapi juga oleh 
kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, situasi di saat sekarang dan harapan harapan untuk masa yang akan datang (Azinar, 2013; Cahyo K, 2008).Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat perbedaan tingkat sikap antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persentase responden dengan sikap baik lebih besar pada jenis kelamin perempuan dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat disebab-
kan karena perbedaan pandangan terhadap kesehatan reproduksi. Distribusi sikap responden terhadap kesehatan reproduksi menurut umur, ditemukan bahwa persentase sikap dengan kategori baik terbesar dimiliki oleh kelompok umur 14 hingga 16 tahun, sedangkan umur 17 hingga 19 lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan karena pada umur yang lebih muda, mereka memiliki pandangan yang lebih baik terhadap kesehatan reproduksi. Bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki, ditemukan bahwa responden 
dengan pengetahuan baik diikuti dengan sikap responden yang baik yaitu 94,6 % (140 
responden dari 148 responden dengan pengetahuan baik). Persentase tersebut makin 
menurun dengan semakin menurunnya pengetahuan yang dimiliki. Hal ini erat kaitannya 
dengan bahwa pengetahaun yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi sikap yang muncul. 


        Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan 
jenisnya. Perilaku ini sangat luas sifatnya dimana perilaku ini timbul didasari oleh dorongan 
seksual. Dimana permasalahan yang sering dihadapai remaja adalah dorongan seksual yang sudah meningkat sementara secara normative mereka belum menikah, belum diijinkan untuk melakukan hubungan seksual. Selain itu kematangan seksual remaja belum diimbangi oleh kematangan psikososial, akibatnya kadang kadang timbul rasa ingin tahu yang sangat kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri, pemikiran rasional, sehingga tampil dalam bentuk perilaku coba-coba berhubungan seks. Berbagai faktor dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain faktor biologis, pengaruh orang tua dan teman sebaya, faktor akademik, pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan, kepribadian, pengalaman seksual serta banyak lagi yang lainnya. Beberapa hal yang mungkin dilakukan remaja untuk mengatasi dorongan seksualnya yaitu bergaul dengan lawan jenis, berdandan untuk menarik perhatian, meyalurkan melalui mimpi basah, menahan diri dengan berbagai cara, menyibukan diri dengan berbagai aktivitas, menghabiskan tenaga dengan berolahraga, memperbanyak sembahyang, berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang seks, menonton film pornografi, masturbasi/onani, melakukan hubungan seksual non penetrasi, melakukan aktivitas penetrasi. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat perbedaan tingkat perilaku antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Persentase perilaku yang negatif pada laki-laki hampir berimbang dibandingkan dengan perilaku posotifnya, yaitu sebanyak 45,5% laki laki memiliki prilaku yang negatif, dan sebanyak 54,5% memiliki perilaku yang positif. Hal tersebut sedikit berbeda pada responden dengan jenis kelamin perempuan, persentase responden dengan perilaku positif lebih besar, yaitu sebanyak 68,7% memiliki perilaku yang mengarah positif dan sisanya yaitu 31,3% memiliki perilaku yang mengarah ke negatife. Perbedaan persentase antara jenis kelamin laki-
laki dan perempuan ini dapat disebabkan karena perempuan pada umumnya lebih menjaga 
perilakunya sehari-hari daripada laki-laki.Responden dengan pengetahuan baik 
diikuti dengan perilaku responden yang positif, yaitu 70% (103 responden dari 147 responden dengan pengetahuan baik). Persentase tersebut semakin menurun dengan menurunnya pengetahuan responden. Hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan dapat memberikan pengaruh yang sejalan dengan perilaku yang ditimbulkan. Semakin baik pengetahuan, maka perilaku yang ditimbulkan juga semakin baik, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan yang dimiliki maka perilaku yang ditimbulkan juga semakin mengarah ke negative. Distribusi responden dengan sikap baik diikuti dengan perilaku responden yang positif dan persentase tersebut semakin menurun dengan menurunnya sikap responden. Sebanyak 63,6% responden dengan sikap baik memiliki perilaku yang baik pula, sedangkan responden dengan sikap kategori cukup, hanya 48,8% yang memiliki perilaku positif, dan responden dengan sikap kategori kurang hanya sebanyak 33,3% yang memiliki perilaku positif. Semakin menurunnya persentase perilaku responden yang mengarah positif ini dapat disebabkan karena sikap yang dimiliki memiliki pengaruh terhadap perilaku yang ditimbulkan oleh seseorang.







Daftar Pustaka


Agustini,M., Arsani,A. 2013. Remaja Sehat Melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Di 
Tingkat Puskesmas. Jurnal KEMAS 9 (1) (2013): 66-73

Azinar,M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. 
Jurnal KEMAS 8 (2) : 153-160 Cahyo,K., Kurniawan,T.P., Margawati,A. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalinggga. 


Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 3(2): 86-101 Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. 2009. 

Laporan Tahunan Program Kesehatan Lanjut Usia dan Program Kesehatan Remaja Tahun 
2009. Buleleng


Endarto, Y., Parmadi, S.P. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Aktivitas Seksual Berisiko pada Remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.


Lakmiwati, I.A.A. 2003. Transformasi Sosial dan Aktivitas Reproduksi Remaja. Ejournal.unud.ac.idNotoatmodjo,S, et al. 2005. Konsep Aktivitas Kesehatan. Buku Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta 


Rizki N.A. 2012. Metode Focus Group Discussion Dan Simulation Game Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kemas 8(1): 13-29


Suryoputro A, dkk. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Jurnal Makara Kesehatan 10(1): 29-40

No comments:

Post a Comment

Kepercayan, sistem pemerintahan Bangsa inca, Bangsa Maya, bangsa Aztec dan peradaban india kuno

1   Kepercayaan dan sistem pemerintahan Bangsa Inca, bangsa maya dan bangsa Aztec Kepercayaan Bangsa Inca: Masyarakat Inca perca...