Kekerasan perempuan di dunia kerja

Perempuan dalam lingkungan kehidupan sosial, memiliki peran yang sangat kompleks. Perempuan dapat menjadi ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah kedua, jika suami tidak dapat memenuhi atau menutupi kekurangan kebutuhan ekonomi keluarga. Namun, anggapan kebanyakan di masyarakat masih menganut anggapan patriarki, dimana menganggap bahwa perempuan sebagai seorang istri tidak bisa bekerja di luar rumah dan hanya bekerja di lingkungan domestik rumah tangga.  Berbeda dengan kaum laki-laki sebagai seorang suami yang dapat bekerja di luar rumah. Dan anggapan yang berkembang telah memberian stereotype yang negatif terhadap kaum perempuan yang bekerja di luar rumah. Buktinya pada era modern ini banyak sekali perempuan berumah tangga yang sudah mulai menjadi pembantu pencari nafkah dala rumah tangga, walaupun perempuan tersebut akan menyebabkan ketidak adilan karna pekerjaan rumah sepenuhnya tanggung jawab pada peremuan atau ibu rumah tangga.
Ada beberapa faktor yang mendasari perempuan untuk bekerja, mulai dari kebutuhan keluarga dan kebutuhan pribadi seperti gaya hidup yang kurang terpenuhi, maka dari itu untuk mendapatkan tambahan penghasilan, perempuan bekerja sebagai pencari nafkah kedua setelah suami. Sering kali selain anggapan bahwa perempuan yang bekerja di luar rumah tidak baik. Perempuan yang bekerja juga sering mendapatkan perilaku yang buruk dari kaum laki-laki sebagai lawan jenis. Pelecehan seksual sangat sering terjadi pada kaum perempuan di tempat kerja karna laki-laki menganggap bahwa perempuan lah yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual karna perilaku dan cara berpakaiannya. Perempuan sering kali disalahkan ketika ia mendapat tindak pelecehan seksual, padahal tidak semua perempuan berpakaian yang minim dan perilakunya tidak mengundang hawa nafsu. Dengan begitu, pelecehan seksual di tempat kerja timbul itu karna ada hubungan kerja harian yang melibatkan sikap individu di dalam organisasi dan melibatkan golongan pria dan wanita (Abd. Rahim, 2003).
Pelecehan seksual yang terjadi di dalam suatu organisasi atau tempat kerja karena adanya stereotype dimana anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah yang dapat untuk di rayu dan bekerja menggunakan hati, tidak seperti laki-laki yang bekerja menggunakan kekuatan dan rasionalitasnya. Perempuan dalam perkembangannya telah modern dan dapat mengikuti arus pekerjaan, sudah tidak lagi hanya bekerja di lingkungan domestik melainkan mengambil peran dalam lingkungan kerja di masyarakat. Namun, hal yang dapat mengahalangi suatu pekerjaan yang layak adalah jenjang pendidikan yang tinggi. Perempuan yang tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi hanya mendapatkan suatu pekerjaan yang kurang prestise dalam masyarakat. Perempuan selalu berada dipaling bawah jika dalam bidang pekerjaan karna perempuan dianggap tidak bisa memimpin suatu pekerjaan disuatu tempat kerja, karna posisinya yang rendah maka perempuan sering sekali menjadi objek untuk pelecehan seksual pada laki-laki yang kebanyakan adalah atasan dari si perempuan tersebut.
Sebagai contohnya  adalah sales promotion girl (SPG) pekerjaan ini yang dapat digeluti kaum perempuan, dimana pekerjaan tersebut tidak memerlukan syarat yang berlebih seperti jenjang pendidikan yang tinggi  dan hanya membutuhkan paras yang menarik. Namun, pekerjaan sebagai seoarang SPG atau sales promotion girl memiliki banyak resiko yang dihadapi dalam masyarakat. Mulai dari penerimaan label buruk dalam masyarakat sebagai pekerjaan yang rendah dan bermodalkan penampilan seksi untuk menarik pelanggan produk yang ditawarkan. Perempuan yang bekerja sebagai SPG pun kerap mendapatkan perlakuan buruk atau tindakan pelecehan seksual di tempat kerja baik verbal maupun fisik. Kekerasan seksual dengan verbal dimana pelaku melontarkan kata-kata yang negatif, rayuan dan kalimat merendahkan. Sedangkan bentuk fisik seperti menyentuh dan memegang sisi tubuh wanita tanpa izin. Perilaku seksual di tempat kerja merupakan suatu kekerasan terhadap gender yang dilakukan oleh pria terhadap kaum wanita di tempat kerja (Brewer dan  Berk, 1982).

No comments:

Post a Comment

Kepercayan, sistem pemerintahan Bangsa inca, Bangsa Maya, bangsa Aztec dan peradaban india kuno

1   Kepercayaan dan sistem pemerintahan Bangsa Inca, bangsa maya dan bangsa Aztec Kepercayaan Bangsa Inca: Masyarakat Inca perca...