[DARAS RAMADHAN 9]
*BERTAUBAT, BERLEPAS DIRI DARI KEMUSYRIKAN, MENGORBANKAN JIWA RAGA DAN HARTA BENDA DEMI MERAIH KEHIDUPAN SURGAWI*
_*Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.* Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At Taubah 111)_
Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata At Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.
Di samping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini.
Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.
Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina 'Ali r.a. pada musim haji tahun itu juga.
Selain daripada pernyataan pembatalan perjanjian damai dengan kaum musyrikin itu, maka surat ini mengandung pula pokok-pokok isi sebagai berikut:
1. Keimanan: Allah selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beriman; pembalasan atas amalan-amalan manusia hanya dari Allah; segala sesuatu menurut sunnatullah; perlindungan Allah bagi orang-orang yang beriman; kedudukan Nabi Muhammad s.a.w. di sisi Allah.
2. Hukum-hukum: Kewajiban menafkahkan harta; macam-macam harta dalam agama serta penggunaannya; jizyah; perjanjian dan perdamaian; kewajiban umat Islam terhadap Nabinya; sebab-sebab orang Islam melakukan perang total; beberapa dasar politik kenegaraan dan peperangan dalam Islam.
3. Kisah-kisah: Nabi Muhammad s.a.w. dengan Abu Bakar r.a. di suatu gua di bukit Tsur ketika hijrah; perang Hunain (perang Authas atau perang Hawazin); perang Tabuk.
4. Dan lain-lain: Sifat-sifat orang yang beriman dan tingkatan-tingkatan mereka.
*Hubungan Di Antara Dua Surah*
Sekalipun, pada anggapan umum, hanya yang pertama dari surah ini dikenal dengan nama Anfal, namun sebenarnya surah ini meliputi kedua-duanya – pertama yang disebut Anfal dan kedua yang disebut Taubah. Ini berarti bahwa Taubah atau Bara’ah, pada hakikatnya, bukanlah suatu surah yang mandiri, melainkan hanya bagian dari Al-Anfal. Ini merupakan satu-satunya contoh dalam Alquran adanya surah dipecah jadi dua bagian, sedang surah-surah lainnya masing-masing merupakan kesatuan yang ituh. Bukti bahwa, Taubah itu bukan satu surah yang terpisah tetapi bagian dari Anfal ialah, berbeda dari semua surah lainnya surah Taubah tidak dimulai dengan Bismillah yang atas petunjuk Ilahi, diletakkan di muka tiap Surah dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari surah ini. Bukti lainnya ialah terdapatnya persamaan yang sangat menonjol dalam pokok pembahasan di antara dua Surah ini sehingga oleh karena itu kedua-duanya sebenarnya merupakan satu Surah jua. Baik Anfal maupun Taubah kedua-duanya diturunkan di Medinah ; Anfal diturun kan menjelang Perang Badar pada tahun pertama atau kedua sesudah Hijrah, sedangkan Taubah atau Bara’ah, menurut Bukhari, termasuk bagian-bagian Alquran yang diturunkan akhir sekali pada tahun kesembilan sesudah hijrah.
*Catatan Kolektif Mengenai Kedua Surah Ini*
Dalam Surah Anfal dinubuatkan bahwa Tuhan akan memberi kemenangan besar kepada orang-orang Islam dan bahwa harta kekayaan dan milik musuh mereka, akan jatuh ke tangan mereka. Nubuatan ini terus-menerus menjadi sumber tertawaan orang-orang kafir mengenai orang Islam ; sebab, Tuhan – selaras dengan hikmah kebijaksanaan-Nya yang tidak pernah salah dan sesuai dengan undang-undang-Nya yang abadi – telah menunda penggenapan apa-apa yang dinubuatkan itu, seiring dengan turunnya wahyu pada bagian Surah Anfal yang menyebutkan nubuatan itu. Ketika kota Mekkah jatuh dan nubuatan tersebut di atas menjadi sempurna, maka bagian Surah Anfal yang tadinya tertunda, baru diturunkan. Bagian itu mulai dengan : “Inilah suatu pernyataan terhadap untuk membuktikan sepenuhnya kebenaran janji dari Allah dan Rasul-Nya terhadap orang-orang musyrik yang kepada mereka, kamu telah mengumandangkan janji, (bahwa kamu akan berjaya di negeri Arab). Maka jelajahilah bumi ini selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tak dapat menggagalkan rencana Allah dan ketahui pulalah bahwa Allah akan menghinakan orang-orang kafir
*Ikhtisar Kedua Surah ini
Surah Anfal mulai dengan pelukisan tentang Perang Badar dan sejak dini diberitahu kepada orang-orang Islam, bahwa mereka akan memperoleh kemenangan besar atas orang-orang kafir. Harta-kekayaan serta milik orang-orang kafir, akan jatuh ke tangan mereka. Perang-perang itu merupakan Tanda-tanda Tuhan yang tidak boleh dibuat wahana untuk mencari keuntungan duniawi.
Selanjutnya mereka diberitahukan bahwa, mereka harus berperang di jalan Allah dengan penuh keberanian dan tidak boleh menyombongkan diri atas kekuatan dan organisasi mereka, tetapi sebaliknya, tidak boleh takut terhadap besarnya jumlah kemampuan perang musuh-musuh mereka.
Selanjutnya ditekankan, tentang ketaatan kepada pimpinan dan dikemukakan, bahwa taat kepada perintah-perintah Allah akan membuka pintu-pintu kemajuan dan kesejahteraan orang-orang Islam, dan akan melindungi mereka terhadap tipu muslihat dan siasat jahat musuh-musuh mereka, sebagaimana Tuhan telah melindungi Rasulullah saw. terhadap komplotan-komplotan rahasia orang-orang Mekkah.
Seterusnya surah itu mengemukakan bahwa musuh menyombongkan diri mengenai jumlah dan kemahiran mereka berperang dan merasa diri apa di pihak yang benar, bahkan berani menantang kemurkaan Tuhan, supaya menimpa si pendusta. Musuh yang begitu keras kepala, tidak akan mudah mengakui kesalahan. Surah itu menyingkap kepalsuan pengakuan mereka.
Selanjutnya dikemukakan bahwa bertolak-belakangnya antara ucapan dan perbuatan mereka, menunjukkan bahwa keyakinan mereka adalah karena semata-mata diperbudak oleh otak dan akal mereka dan sama sekali tidak berakar pada hati mereka. Orang-orang Islam ditopang oleh janji Tuhan bahwa peperangan yang sedang dihadapi mereka, akan berakhir dengan kemenangan bagi mereka, dan sepak terjang mereka dalam peperangan berikutnya pun, akan terus-menerus dimahkotai kemenangan. Untuk memperoleh kemenangan itu, mereka di perintahkan agar taat kepada pimpinan, tabah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran, dan seia-sekata dalam tindakan.
Selanjutnya Surah itu mengutarakan, kewajiban-kewajiban menghormati perjanjian. Orang-orang Islam diberi tahu pula bahwa orang-orang kafir akan berulang-ulang melanggar perjanjian-perjanjian, tetapi hal ini tidak boleh mendorong mereka untuk menyalahi kewajiban-kewajiban mereka sendiri. Hendaknya mereka membersihkan hari mereka dari anggapan yang keliru bahwa perjuangan mereka akan menderita kerugian, jika mereka tidak membalas dengan tindak pelanggaran terhadap perjanjian-perjanjian dengan orang-orang kafir. Sebaliknya, mereka harus senantiasa memperhatikan segala perjanjian dengan seksama ; akan tetapi, perjanjian-perjanjian yang telah diadakan mereka itu, hendaklah jangan melonggarkan persiapan-persiapan yang seyogianya untuk menghadapi perang. Namun, mereka diperintahkan bahwa jika di tengah-tengah iklim permusuhan, musuh minta berdamai, maka tawaran semacam itu, tidak boleh ditolak ; sebab, seandainya musuh melanggar syarat-syarat perdamaian dan memulai lagi permusuhan, orang-orang Islam tidak akan menderita oleh akibat pelanggaran mereka terhadap perjanjian itu. Perintah tersebut mengandung rujukan kepada Perjanjian Hudaibiyah, ketika satu pelanggaran orang-orang kafir terhadap kewajiban- kewajiban perjanjian, menjuruskan kepada jatuhnya kota Mekkah.
Selanjutnya kepada orang-orang Islam diberitahukan bahwa tawanan perang akan jatuh ke tangan mereka dan mereka harus memperlakukan mereka itu dengan kasih sayang.
Janji kemenangan yang diberikan kepada orang-orang Islam dalam Surah Anfal telah dinyatakan jadi genap, dalam ayat-ayat pembukaan Surah Bara’ah. Di sana dinyatakan bahwa orang-orang Islam telah menjadi penguasa-penguasa di seluruh negeri Arab. Oleh sebab itu sebaiknya orang-orang musyrik menjelajahi seluruh negeri dan melihat sendiri, apakah seluruh negeri itu telah dikuasai orang-orang Islam atau tidak.
Dalam ayat-ayat berikutnya orang-orang kafir dicela atas pelanggaran yang berulang kali mereka lakukan terhadap perjanjian-perjanjian yang diadakan dengan sungguh-sungguh dan orang-orang Islam diperingatkan, agar tidak mengadakan perjajian baru apa pun dengan mereka itu dan hendaknya mereka jangan takut akan pengaruh buruk terhadap kesejahteraan kota Mekkah sebagai akibat putusnya hubungan dengan mereka itu. Sebab, Tuhan sendiri akan memenuhi keperluan mereka.
Seterusnya kepada mereka diberitahukan bahwa mereka tidak boleh menganggap peperangan akan berakhir, serantak mereka menguasai seluruh negeri Arab dan mereka akan dapat hidup dalam suasana aman, Disebabkan siasat jahat dan komplotan-komplotan rahasia dari orang-orang Nasrani, rentetan peperangan baru akan mulai, dan karena mereka itu kaum yang musyrik, mereka itu tidak akan bersabar melihat tegaknya Tauhid Ilahi di atas permukaan bumi. Lagi, akhlak mereka itu telah merosot, sedangkan Islam berusaha menegakkan persamaan dan kebebasan hakiki.
Kemudian, bagaimanakah suatu pemerintahan Nasrani dapat merasa tenteram melihat berdirinya suatu pemerinta han lain di sampingnya yang berlandaskan pada asas persamaan hak dan kebebasan berpikir dan karena berdekatan dengan kerajaan Islam itu, dapat mencondongkan rakyatnya sendiri untuk berontak. Maka, kepada orang-orang Islam diberitahukan, supaya mengadakan persia pan yang sepantasnya untuk menghadapi ancaman peperangan dengan mereka itu, sambil menghormati hal-hal yang dinyatakan suci oleh Tuhan dengan selayak-layaknya.
Oleh karena adanya masa jeda di antara turunnya 37 ayat-ayat pertama dalam surah Bara’ah dengan yang berikutnya, maka dalam ayat-ayat kemudian telah diuraikan tentang menjadi sempurnanya nubuatan yang terkandung dalam ayat-ayat pertama. Dalam hubungan ini telah diberi lukisan singkat, mengenai gerakan militer ke Tabuk dan tentang keadaan-keadaan saat nubuatan yang tersebut di atas, telah menjadi sempurna. Orang-orang munafik dan mereka yang imannya lemah dicela, karena mereka telah dikuasai rasa takut dari kerajaan Kaisar yang kuat (Romawi). Kelemahan akhlak mereka telah disingkap kan dan orang-orang mukmin disuruh agar tidak menerima bantuan dari mereka, sebab tanpa bantuan mereka pun Tuhan akan memberi mereka kemenangan atas Kaisar (masalah ini dibahas secara terinci dalam Surah Rum dan Surah Al-Fatah).
Sehubungan dengan ini, telah dibicarakan pula siasat jahat orang-orang munafik untuk melemahkan cita-cita dan maksud Islam. Menjelang akhir Surah Taubah ditekankan bahwa kendati pun adanya siasat jahat dan komplotan-komplotan orang-orang munafik dan kekuatan besar serta persediaan-persediaan materi orang-orang kafir, Rasulullah saw. akan berhasil dalam tugas beliau berkat bantuan Allah swt. “Tuhan arasy Yang MahaAgung”.
Surat At-Taubah mengandung pernyataan pembatalan perjanjian damai oleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan kaum musyrikin, karena mereka tidak memenuhi syarat-syarat perjanjian damai pada perjanjian Hudaibiyyah.
Selanjutnya Surat At Taubah mengandung hukum peperangan dan perdamaian, hukum kenegaraan, keadaan Nabi Muhammad s.a.w. di waktu hijrah, dan kewajiban menafkahkan harta dan orang-orang yang berhak menerimanya.
*Hubungan surah At Taubah dengan surah berikutnya*
1. Akhir surat At-Taubah ditutup dengan menyebutkan tentang risalah Nabi Muhammad s.a.w. dan hal-hal serupa disebutkan pula pada akhir surat Yunus.
2. Surat At-Taubah menyebutkan keadaan orang-orang munafik serta menerangkan perbuatan mereka di waktu Al Quran diturunkan, sedang surat Yunus menerangkan sikap orang kafir terhadap Al Quran.[]